Monday, June 30, 2014

Babak 16 Besar: Belanda 2-1 Meksiko - Menegaskan Kejeniusan Taktikal Van Gaal

Babak 16 Besar: Belanda 2-1 Meksiko - Menegaskan Kejeniusan Taktikal Van Gaal

Laga alot terjadi antara Belanda melawan Meksiko tadi malam. Belanda yang diunggulkan karena performa sempurnanya di babak grup, nyatanya mesti bekerja sangat keras sampai menit-menit akhir untuk mengandaskan perjuangan Meksiko.


Anak asuh Louis van Gaal nyaris terdepak andaikan Wesley Sneijder tidak mencetak gol penyama kedudukan pada menit 88.

Menilik permainan kedua tim, extra time tampaknya akan lebih adil bagi kedua tim. Gol kemenangan Belanda melalui titik putih yang dieksekusi secara sempurna oleh Klaas Jan Huntelaar, menghentikan kinerja bagus Meksiko di sepanjang laga secara tragis dan menyedihkan.

Hasil mengecewakan ini memperpanjang rekor buruk Meksiko yang selalu terhenti langkahnya di babak 16 besar. Sejak Piala Dunia 1994, Meksiko menorehkan rekor baru sebagai tim yang selalu gagal di babak 16 besar.


Perubahan Taktik Van Gaal dan Skeptisme Hererra

Menghadapi Meksiko, Van Gaal melakukan beberapa perubahan yang berisiko. Dia memasukkan Dirk Kuyt dan Verhaegh untuk menggantikan Daryl Janmaat (yang terkena akumulasi) dan De Guzman yang pada tiga pertandingan sebelumnya selalu mendapat posisi inti. Van Gaal betul-betul mewaspadai wingback Meksiko, Miguel Layun, yang memiliki kecepatan dan selalu membahayakan lawan-lawannya di babak grup. Seperti diketahui serangan Belanda amatlah timpang dan condong ke sayap kiri. Untuk mengimbanginya, terkadang Janmaat di kiri harus naik jauh ke atas atau bahkan sejajar dengan Van Persie.

Van Gaal tak mau mengambil risiko itu karena posisi yang ditinggalkan Jaanmat akan empuk untuk dieksploitasi Layun. Dia memilih memainkan Verhaegh yang lebih defensif. Lantas di sayap kiri, dengan memainkan Dirk Kuyt sebagai wingback dan menurunkan Daley Blind sebagai centerback, Van Gaal tampaknya ingin fokus untuk membongkar pertahanan sayap kiri Meksiko serta memaksimalkan peran Robben – Van Persie. 

Sialnya rencana ini hanya bertahan 9 menit. Ditariknya De Jong akibat cedera membuat Van Gaal kembali merombak taktik. Tak adanya pemain dengan tipikal petarung seperti De Jong, yang bisa melindungi pertahanan dengan segala cara, memaksa Van Gaal kembali mencoba mengurangi risiko. Dia memasukkan Martens Indi dan menempatkannya di posisi bek tengah sebagai satu dari back three sebagaimana di laga-laga sebelumnya. Selanjutnya, Blind yang mulanya diplot sebagai bek tengah didorong naik ke tengah mengisi posisi yang ditinggalkan De Jong.

Sementara di kubu Meksiko, pelatih Miguel Hererra tidak melakukan banyak perubahan taktik. Dia hanya memasukan Carlos Salcido untuk menggantikan Jose Juan Varquez yang absen karena akumulasi kartu kuning. Ini perubahan yang tak bisa dihindari harus dilakukan.



Kehilangan Varquez memang merugikan bagi El Tri, mengingat pemain ini punya kemampuan berperan sebagai deep lying playmaker. Sementara Salcido lebih cenderung sebagai gelandang bertahan murni. Meski tetap memakai starting line up yang sama, Hererra lebih cenderung memainkan 5-3-2 ketimbang 3-5-2. Dia menahan dua wingback untuk tidak terlalu ofensif seperti saat menghadapi Kroasia dan cenderung menyerang dari lini ke lini secara perlahan. Namun kondisi ini hanya bertahan 9 menit. Setelah De Jong keluar, giliran Belanda yang bermain sabar.

Kesulitan Belanda di Babak Pertama

Ada satu hal yang membuat Belanda kesulitan menghadapi Meksiko di babak pertama. Jangankan untuk mencetak gol, membuat peluang pun Belanda sangat kesulitan. Total hanya satu percobaan mencetak gol yang berhasil mereka buat. Jumlah yang jauh dengan Meksiko yang sanggup membuat enam percobaan mencetak gol.

Meksiko mampu menetralisir lini serang Belanda yang berbahaya dengan kedisiplinan tiga gelandang mereka yang selalu cepat menutup ruang kosong di depan garis pertahanan. Apalagi Meksiko juga memainkan garis pertahanan yang rendah. Mereka tak menyisakan banyak ruang bagi Robben atau Van Persie untuk leluasa bergerak untuk membuka ruang dan memecah konsentrasi pertahanan Meksiko.

Situasi dipersulit oleh terkuncinya Sneijder oleh Salcido dan sering terlambatnya Kuyt naik ke depan untuk menopang Robben. Kondisi ini mendorong Robben dan Van Persie untuk mundur jauh ke belakang. Robben cenderung mundur jauh ke tengah untuk merebut/menerima bola, kemudian mendribling bola menusuk masuk ke jantung pertahanan Meksiko. Ini menyulitkan karena Robben seringkali harus mengatasi pengawalan lebih dari satu pemain Meksiko. Terlebih Pelatih Meksiko, Miguel Hererra, memang mengintruksikan wingback kanan Paul Aguilar untuk tidak agresif menyerang agar bisa terus menutup pergerakan Robben saat Belanda melakukan serangan balik.

[Grafik longballs Belanda babak I]

Skema serangan balik Belanda yang di laga-laga babak grup begitu mematikan lewat umpan panjang, umpan diagonal atau umpan terobosan menjadi tidak berjalan. Trio lini serang Belanda, Sneijder-Robben-Persie, tertahan di tengah.

Melihat Bagaimana Meksiko Menembus Barisan Pertahanan Belanda

Meksiko bermain lebih baik di babak pertama karena mampu melakukan transisi menyerang dan bertahan dengan cepat. Ketika menyerang, salah satu wingback dengan cepat naik ke tengah, dan Marquez yang berposisi sebagai bek tengah ikut naik, mendorong Salcido agar lebih naik, agar bermain lebih tinggi demi menahan Blind/Sneijder. Lantas ketika bertahan, 11 pemain mereka kompak berkumpul di area setengah lapang mereka sendiri.

Serangan dari kedua tim pun lebih terencana dari lini ke lini. Namun terlihat kentara betul bagaimana cara Belanda dan Meksiko menyerang. [Lihat grafis rataan posisi pemain di bawah ini]




Pada dasarnya serangan yang dilakukan Belanda cenderung timpang condong ke kiri. Robben dan Van Persie lebih sering bergerak ke kiri atau bregantian turun ke tengah, ketimbang melebar ke sisi kanan. Hal ini dimanfaatkan Meksiko untuk membabat habis sisi kiri Belanda yang dikawal Verhough saat mereka melakukan serangan balik. Hererra berani menaikan Miguel Layun setinggi mungkin untuk berhadapan langsung dengan Verhough dan De Vrij. Naiknya Layun otomatis membuat barisan belakang Belanda 3 vs 3 melawan barisan depan Meksiko.

Dan seperti biasanya di laga kali ini, barisan pertahanan Belanda sering memainkan man to man marking, Indi pada Peralta dan Vlaar pada Dos Santos. Masalahnya, mereka sering terpancing untuk bergeser ke kiri dan membuka ruang bagi Hererra atau Layun untuk melakukan cut in. Dari 8 attempt di babak pertama, semuanya terjadi berkat proses ini. Serangan Meksiko diakhiri sepakan dari luar kotak penalti atau troughball yang dikembalikan lagi pada Dos Santos untuk dikonversi jadi attempt.


Cara van Gaal Mengubah Keadaan

Petaka Belanda terjadi pada babak kedua, baru laga berjalan 8 menit mereka sudah kebobolan lewat gol yang dicetak Dos Santos pada menit 48. Ditempatkannya Blind sebagai gelandang bertahan mengisi posisi yang ditinggalkan De Jong memang jadi masalah tersendiri bagi Belanda. 

Van Gaal sendiri mengakui bahwa pemain ini memiliki kelemahan soal melakukan defending action. Dipasangnya Kuyt sebagai wingback kiri pun pada mulanya dimaksudkan untuk melindungi Blind. Ketika diplot sebagai gelandang, Blind sering memberikan ruang tembak bagi Meksiko di depan kotak penalti. Dan benar saja, gol yang dicetak Meksiko terjadi berkat kegagalannya mengantisipasi pergerakan Dos Santos.

Tertinggal 1 gol, Belanda tak berubah. Skema yang dimainkan sama seperti pada babak pertama. Baru pada menit 56, mereka mengganti pola, dengan masuknya Memphis Depay menggantikan Paul Verhaegh. Formasi Belanda berubah menjadi 4-2-1-3. Pengunaan back four di babak kedua sebenarnya sudah terjadi di babak pertama, lebih tepatnya setalahwater break menit 30. Kala itu Indi bergeser lebih ke sayap mirip seperti fullback, dan mendorong Kuyt lebih naik ke depan. [Lihat grafis di bawah]


Usai masuknya Depay, Dirk Kuyt menjadi fullback kiri, bukan lagi wingback. Kehadiran Depay memang membuat lini belakang Meksiko menjadi kebingungan. Jika sebelumnya Belanda hanya mengandalkan Van Persie-Robben yang pergerakannya cenderung ke kiri, dengan masuknya Depay maka Belanda praktis bermain dengan tiga pemain di lini depan: Depay di kiri, Van Persie di kotak penalti, Robben di kanan.



Sebaran pemain Belanda di pertahanan Meksiko lebih merata dan memaksa pertahanan Meksiko untuk lebih menyebar dan tidak menumpuk di kotak penalti. Untuk menambal kerenggangan antarbek, dua wingback Aguellar dan Layun tak seofensif seperti babak pertama, termasuk Hector Hererra dan Guadrado.

Apa yang dilakukan Meksiko dengan menggalang pertahanan di tengah memang cukup efektif hingga memaksa Belanda tergesa-gesa melakukan umpan crossing ke dalam kotak penalti. Dari 23 percobaan, hanya 4 yang sukses menemui sasaran, sisanya dengan mudah diclearence oleh barisan pertahanan Meksiko.

Van Gaal kemudian memasukkan kartu truf terakhirnya. Pada menit 76, Van Persie ditarik keluar digantikan oleh Huntelaar. Persie bermain tidak buruk-buruk amat sebenarnya. Kendalanya dia memang kekurangan suplai bola. Untuk pemain sekelas Van Persie, dia hanya butuh umpan dan sedikit ruang, dan itu cukup muncul sekali, bisa menit 80 atau menit 85 atau mungkin di injury-time. Tidak ada yang tahu apa yang akan dilakukan oleh pemain-pemain kelas satu.

Tapi van Gaal tidak mau mengharapkan keberuntungan. Dia tarik Van Persie dan memasukkan Huntelaar. Instruksinya, Huntelaar tidak diharuskan banyak bergerak mencari bola seperti Van Persie, tapi cenderung statis di dalam kotak penalti. Sebagai pemain bertipe target-man, Huntelaar bisa diandalkan untuk bola-bola atas atau berduel dalam situasi-situasi kemelut.

Dan cara membaca van Gaal ini terbukti mematikan. Huntelaar sangat berjasa untuk gol penyama kedudukan yang dicetak Sneijder. Dia memenangkan duel bola udara dan sundulannya mengarah pada Sneijder yang kemudian mengkonversikannya dengan tendangan keras yang berbuah gol.

Perubahan Van Gaal dengan memainkan tiga pemain di lini depan, dengan Robben kemudian konsisten di sisi kanan, juga berbuah hasil. Skema inilah yang membuat Robben bisa menerima bola di sisi kanan kotak penalti untuk kemudian dilanggar oleh Marquez. Penalti dieksekusi dengan sempurna oleh Huntelaar, pemain yang diturunkan van Gaal secara mengejutkan.

Kesimpulan

Ada satu hal yang menjadi titik lemah Meksiko yang diakui kepada media oleh Miguel Hererra usai laga melawan Brasil. Suatu kelemahan yang terus menerus dieksploitasi oleh Brasil yakni memanfaatkan bola-bola set piece.

Hal inilah yang ditiru oleh Belanda tadi malam. Entah karena buntu untuk menembus barisan pertahanan lawan atau apa, yang jelas anak asuh Van Gaal ini seolah berusaha memancing Meksiko bermain kasar hingga berbuah tendangan bebas. Total 6 attempt dari 18 peluang yang Belanda buat semuanya dari proses bola mati. Gol penyama kedudukan yang dibuat Sneijder pun didahului oleh tendangan sudut. Dan ironisnya, kekalahan menyakitkan di menit-menit akhir pun terjadi karena bola mati yaitu tendangan penalti bukan.

Lepas dari kontroversi yang menyelimuti penalti yang diperoleh Belanda, Meksiko layak mendapat apresiasi. Mereka mampu tampil merepotkan Belanda, dan kalau boleh jujur dari skema permainan dan taktik yang diterapkan Hererra, entah saat bertahan atau menyerang, Meksiko punya kualitas untuk melenggang ke babak 8 besar.

Tapi Belanda punya van Gaal. Nyaris semua perubahan yang dilakukannya, terutama skema pergantian pemain, berhasil berjalan baik dan bahkan menjadi penentu pertandingan. Pemain mungkin saja tak bermain maksimal, tapi Belanda setidaknya masih punya Van Gaal.

Berikan komentar jika Babak 16 Besar: Belanda 2-1 Meksiko - Menegaskan Kejeniusan Taktikal Van Gaal ini menarik untuk disimak -