Sunday, October 3, 2010

Kepopuleran Ikan Arowana Di Indonesia


Kepopuleran Arowana di Indonesia terkait erat dengan budaya masyarakat etnis Tionghoa.
Ikan yang disebut juga sebagai bonytounge—karena tulang bergerigi di bagian dasar mulutnya—ini memang dilihat sebagai lambang naga, yang merupakan simbol kemakmuran dan nasib baik. Bahkan, menurut Feng Shui, Arowana memiliki kemampuan membedakan baik dan buruk. Beberapa orang percaya bahwa jika ikan Arowana menjadi agresif dan gelisah, berarti seorang musuh telah memasuki rumah tersebut.

Hal tersebut di atas, ditambah dengan kepercayaan bahwa warna merah melambangkan keberuntungan, menjadikan super red arowana sebagai salah satu ikan hias paling mahal di dunia. Namun tidak banyak yang tahu bahwa super red arowana, adalah satwa asli Indonesia, dan hanya bisa ditemukan di Sungai Kapuas, Kalimantan Barat. Beberapa pihak bahkan mendorong pemerintah untuk mematenkan ikan ini agar tidak diakui sebagai satwa negara lain.

Meskipun banyak dicari oleh para penggemar ikan hias, namun super red arowana tidak dapat diperdagangkan begitu saja. Sebagai salah satu jenis arowana Asia yang digolongkan sebagai satwa terancam punah oleh International Union for Conservation of Nature and Natural Resources, perdagangan super red arowana harus mengikuti standard yang ditetapkan oleh Convention on the International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna (CITES). Aturan CITES hanya memperbolehkan perdagangan dari super red arowana hasil penangkaran selama minimal dua generasi. Dan untuk menjaga bahwa aturan ini ditepati, semua super red arowana yang dijual harus dilengkapi dengan sertifikat keaslian dan juga memiliki microchip yang ditanamkan dalam tubuhnya sebagai penanda tiap-tiap ikannya.

Dengan aturan seperti ini, tentunya penangkaran dan perdagangan super red arowana tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang. Hanya perusahaan profesional yang memiliki teknologi memadai yang bisa melakukannya. Dan memang penangkaran arowana Asia yang memenuhi syarat CITES ini pertama kali muncul di Indonesia. Dimana penangkarang milik PT Inti Agri Resources Tbk (IIKP) tercatat sebagai penangkarang super red arowana terbesar di dunia.

Pada tahun 1999, saat pendiriannya, IIKP sebenarnya tidak berurusan dengan arowana. Dengan nama asli Inti Indah Karya Plasindo, IIKP awalnya bergerak di bidang produksi kantong plastik. Namun di awal tahun 2005, menghadapi kelesuan bisnis karena melonjaknya harga bahan baku dan munculnya persaingan dari produk sejenis yang berasal dari perusahaan Cina, tentunya dengan harga yang lebih murah, IIKP memutuskan untuk berubah haluan dan memasuki bisnis ikan hias. Hal ini dicapai melalui kemitraan dengan penangkaran arowana tradisional di Kalimantan Barat.

Memang mudah meremehkan keputusan perusahaan ini, dan memang banyak yang meragukan langkah IIKP yang waktu itu lalu berubah nama menjadi Inti Kapuas Arowana. Core competence bisnis kantong plastik dan bisnis ikan arowana sungguhlah berbeda. Tidak banyak sumber daya perusahaan yang dapat di transfer antara kedua bisnis tersebut. Namun kinerja perusahaan membuktikan sebaliknya. Manajemen berhasil masuk ke dalam industri yang belum digarap secara matang, dan mampu unggul di situ.

Pemasaran produk IIKP dilakukan dengan mengandalkan brand ShelookRed, yang merupakan modifikasi dari kata "siluk", sebutan masyarakat Kalimantan Barat untuk ikan arowana. Sedangkan untuk distribusinya, dilakukan melalui jaringan retail Proshop yang menjangkau Jakarta, Bandung, Solo, dan Surabaya, disamping ada pula beberapa agen distribusi dalam negeri maupun luar negeri.

Namun perlambatan ekonomi dunia dan meningkatnya popularitas ikan hias lain seperti koki, maskoki, dan louhan, tampaknya memberikan tekanan pada kinerja IIKP. Pemeliharaan ikan hias memang bersifat sebagai hobi, dan mungkin menjadi salah satu hal pertama yang akan dikurangi sangat "mengencangkan ikat pinggang".

Mungkin karena hal tersebut, IIKP merasa perlu melakukan perluasan bisnis di tahun 2008. Pada bulan April 2008, perusahaan ini mengubah lagi namanya menjadi Inti Agri Resources yang menandakan keinginannya untuk melakukan diversifikasi ke luar bisnis ikan arowana. Hal ini dicapai dengan mendirikan PT Inti Plantation --perusahaan patungan dimana IIKP memiliki 5%-- yang selanjutnya melakukan proses akuisisi terhadap dua perkebunan kelapa sawit di Sumatera Selatan dan Sumatera Barat.

Seperti yang terjadi saat IIKP memasuki bisnis arowana di tahun 2005, memang tidak banyak kompetensi yang bisa ditransfer dari bisnis penangkaran ikan ke bisnis kelapa sawit. Namun kali ini, perusahaan tampaknya mengambil langkah yang lebih berhati-hati dengan tidak 100% melakukan perubahan bisnis. Andalan utama IIKP tetap terletak pada super red arowana. Dan meskipun IIKP berencana meningkatkan kepemilikan di PT Inti Plantation hingga 90%, tampaknya perusahaan tidak akan meninggalkan ShelookRed-nya dalam waktu dekat, walaupun bisnis ini diperkirakan akan terus melemah, dengan estimasi penurunan penjualan sebesar 30%.

Jika IIKP berhasil mengembangkan kompetensi baru di bisnis kelapa sawit, seperti ditunjukkan saat sukses memulai bisnis ikan hias, maka perusahaan ini dapat berhasil melakukan diversifikasi ke bisnis agro industri lainnya, yang bisa menguntungkan untuk memastikan sustainability jangka panjang perusahaan. Jika IIKP bisa membuktikan fleksibilitas-nya dalam menggarap berbagai sektor dalam industri perkebunan dan perikanan, maka perusahaan ini dapat kelak menjadi salah satu pemain utama agroindustry Indonesia.