Sunday, July 13, 2014

Analisis Taktik Jerman - Fleksibilitas Taktik Joachim Loew

Analisis Taktik Jerman - Fleksibilitas Taktik Joachim Loew

Jerman membuktikan kemampuannya sebagai negara adidaya sepakbola. Setelah memecahkan rekor melaju ke semi final dalam empat Piala Dunia berturut-turut, Jerman pun akan berlaga pada partai puncak.


Tapi bukan berarti Jerman melakukannya dengan mudah. Menyandang status sebagai tiga kali juara dunia tidak membuat Die Mannschaft melengang dengan santai. Bahkan Jerman harus menghadapi masalah klise sebelum Piala Dunia Brasil bergulir, yaitu banyaknya pemain yang mengalami cedera.

Analisis Taktik Jerman - Fleksibilitas Taktik Joachim Loew - Mesut Oezil sering mengeluhkan hamstringnya. Miroslav Klose sudah menua (36 tahun), Mats Hummels berurusan dengan cedera kaki. Bastian Schweinsteiger sempat absen tiga bulan setelah operasi pergelangan kaki, sementara Sami Khedira dibawa ke Brasil dengan kondisi meragukan karena cedera ligamen pada lutut. Yang terakhir adalah Marco Reus, yang harus mengubur mimpinya bermain di Piala Dunia 2014 setelah menderita cedera pergelangan kaki saat pertandingan persahabatan melawan Armenia. Bintang Borussia Dortmund ini menyusul Ilkay Gundogan, Lars Bender, dan Sven Bender yang juga tak bisa dibawa ke Brasil.

Absennya Reus dan cedera yang menghantui beberapa pemainnya itu membuat pelatih Jerman, Joachim Loew, harus memutar otak agar tim ini tetap dalam performa terbaik. Tak heran Loew berkali-kali mengutak-atik susunan pemainnya sepanjang Piala Dunia.

Namun, bongkar pasang yang dilakukannya itu ternyata membuahkan hasil setelah Jerman berhasil melangkah ke final tanpa sekali pun mengalami kekalahan.

Lupakan 4-2-3-1, Andalkan 4-3-3 

Selama ujicoba Pra Piala Dunia, Loew tampaknya sudah yakin dengan formasi 4-2-3-1. Namun, cedera yang dialami Reus di laga uji coba terakhir membuatnya ragu akan komposisi tim "Panser".

Mendapati satu pemain andalan cedera di saat-saat akhir menjelang Piala Dunia dimulai jelas satu kesialan bagi Loew. Ia tak lagi memiliki kesempatan untuk mencoba-coba pemain lain untuk mengisi pos gelandang serang. Beberapa pemain andalan lain, seperti Mario Goetze, Thomas Mueller, Oezil, dan Andre Schuerrle tak memiliki track record yang bagus untuk mengisi posisi itu. Sementara Julian Draxler masih minim pengalaman di kancah internasional.

Karena beberapa masalah tadi Loew akhirnya melakukan perjudian besar dengan memutuskan untuk tak menggunakan formasi 4-2-3-1 dan beralih pada formasi 4-3-3. Formasi yang terbilang baru bagi Jerman, karena sejak 2008 Loew selalu menggunakan formasi 4-2-3-1.

Tapi, dengan formasi ini, Loew mengharapkan keseimbangan dalam menyerang dan juga bertahan. Alasan lain pemilihan 4-3-3 adalah Loew ingin memaksimalkan para pemain terbaiknya. Khususnya para pemain di lini tengah.


Di sektor ini, Philipp Lahm berperan sebagai holding midfielder. Ia ditemani Khedira dan Toni Kroos yang di musim lalu bermain gemilang bersama Bayern Munich.

Di lini depan Jerman mengandalkan trio gelandang serang Goetze-Mueller-Oezil, dengan Mueller berperan sebagai "false nine" pada posisi penyerang tengah. Posisi ujung tombak sendiri memang langka bagi skuat Der Panzer. Jika pada 2010 lalu masih ada nama Stefan Kiessling dan Mario Gomez, kali ini hanya menyisakan Klose sebagai satu-satunya penyerang murni.

Lalu, Goetze dan Oezil yang sejatinya lebih ideal ditempatkan sebagai gelandang serang di belakang penyerang tunggal, pada formasi ini diposisikan sebagai winger. Goetze mungkin memenuhi kapasitas bermain di pos tersebut ,karena setidaknya memiliki kecepatan yang cukup baik dan pernah sekali diplot mengisi sayap kiri oleh Loew. Namun, bagi Oezil, bermain sebagai winger kanan adalah pertama kali baginya.

Mencari Kesempurnaan 4-3-3 dengan Utak-atik Lini Penyerangan

Pada pertandingan pertama melawan Portugal, secara mengejutkan Jerman berhasil menang telak dengan skor 4-0. Tapi kombinasi trio Goetze-Mueller-Oezil dalam membombardir gawang lawan masih belum teruji benar. Sebabnya, kemenangan yang diwarnai hat-trick Mueller ini sedikit banyak dipengaruhi oleh kubu lawan yang bermain dengan 10 pemain sejak menit ke-36. Kala itu Jerman sudah unggul dua gol lewat gol Mueller dan Hummels yang tercipta dari titik putih dan skema sepak pojok.

Setelah kemenangan menjanjikan tersebut, daya gedor lini serang Jerman, khususnya trio lini depan Goetze-Mueller-Oezil mulai mengalami penurunan. Mereka kesulitan melawan permainan Ghana yang mengandalkan kecepatan dan kekuatan fisik pada laga kedua. Gol Goetze pada awal babak kedua pun mampu dibalas dengan mudah lewat dua gol Ghana dalam rentang waktu yang tak begitu lama. Untungnya Klose datang menjadi juru selamat dengan gol penyama kedudukan.

Pada laga terakhir fase grup melawan Amerika Serikat, Jerman kembali merombak lini depan untuk menemukan kesempurnaan skema 4-3-3. Kali ini Loew membangku-cadangkan Goetze dan memilih Podolski pada starting line-up. Di laga sebelumnya, Goetze memang kurang berperan maksimal. Meski sempat menyumbang satu gol lawan Ghana, pemain Bayern Munich ini hanya menciptakan 2 shot dan 1 umpan silang dalam 70 menit bermain.

Setelah memastikan diri lolos ke babak 16 besar dengan raihan 7 poin, Jerman menghadapi Aljazair. Goetze kali ini kembali mendapat tempat pada susunan Starting XI menemani Oezil dan Mueller. Namun, lagi-lagi Goetze kesulitan bermain gemilang setelah hanya melakukan satu tendangan ke arah gawang. Ia lalu digantikan Andre Schuerrle pada jeda babak pertama.

Masuknya pemain Chelsea ini nyatanya membuat serangan Jerman menjadi lebih hidup, walaupun skor kaca mata tetap bertahan hingga menit ke 90. Schuerrle yang jadi inspirasi kemenangan Jerman lewat golnya pada menit ke-92 babak perpanjangan waktu.



Tapi, permainan ciamik Schuerrle masih belum membuat Loew berani menurunkannya sejak menit awal. Ia lebih memilih Klose sebagai pilihan utama pada pertandingan perempat final melawan tim unggulan lainnya, Prancis.

Penyerang gaek inilah yang ternyata mampu menjadi penyerang idaman Loew. Ia pandai membuka ruang dan menjadi tembok pemantul bagi lini penyerangan Jerman. Hal yang tak bisa dilakukan oleh Mueller yang memainkan "false nine". Klose lalu kembali mengisi Starting Line-Up kala Jerman berlaga di semifinal melawan Brasil. Dan pergerakannya kali ini mampu membuat lini pertahanan Brasil kocar-kacir. Ia mampu memberikan ruang bebas bagi Kroos dan Khedira yang merangsek ke kotak penalti ketika melakukan penyerangan.


Membangun Tembok Berlin

Salah satu faktor lain yang membuat Jerman sulit dikalahkan adalah cara Loew membangun tembok Berlin di lini pertahanan. Tembok ini membuat Jerman sangat sulit ditembus, bahkan oleh pemain sekaliber Cristiano Ronaldo.

Caranya adalah dengan menggunakan empat centre back untuk mengisi back four. Per Mertesacker dan Hummels sebagai bek tengah ditemani oleh dua centre-back di kedua sisi, Boateng dan Benedikt Hoewedes.

Penempatan Boateng dan Hoewedes ini yang menjadi pembeda Jerman dengan tim-tim lainnya. Karena tim-tim lain biasanya selalu menyimpan pemain fullback dengan atribut menyerang. Sebut saja Daniel Alves dan Marcelo di kubu Brasil, Patrice Evra dan Mathieu Debuchy dari Prancis atau Fabio Coentrao dan Pereira di sisi bek sayap Portugal.

Skhordan Mustafi sempat memberikan dimensi berbeda dengan overlap yang sering dilakukannya kala Jerman tak memainkan Hummels karena cedera. Namun Mustafi pun harus mengalami cedera sehingga pola empat centre-back kembali dipakai Loew.

Sang pelatih memang tak memiliki banyak pilihan pemain pada posisi fullback. Marcel Schmelzer yang biasa mengisi posisi itu mengalami masalah kebugaran sebelum Piala Dunia digelar, sehingga tak masuk ke dalam susunan pemain yang dibawa ke Brasil. Lahm yang merupakan fullback terbaik Jerman lebih sering digunakan sebagai holding midfielder, karena Bastian Schweinsteiger mengalami masalah kebugaran.

Pola empat centre-back ini memiliki sisi positif dan negatif. Sisi positif karena Jerman jadi memiliki lini pertahanan yang cukup solid. Tercatat hanya 3 gol ke gawang Jerman ketika Jerman menggunakan pola 4 centre back. Namun di sisi lain, lini penyerangan seolah kurang mendapat dukungan dari lini belakang.



Saat Lahm kembali bermain sebagai fullback kanan saat melawan Prancis, barulah serangan kanan Jerman menjadi lebih hidup. Lahm melakukan penetrasi-penetrasi ke lini depan untuk memberikan variasi serangan.


Perannya semakin terasa kala Lahm kembali bermain sebagai fullback saat melawan Brasil pada semi-final. Ia mampu mengeksploitasi sisi kiri pertahanan Brasil yang sering ditinggalkan Marcelo. Hasilnya, pemain Bayern Munich itu pun mencatatkan dua assist.

Meskipun telah menanggalkan pola empat centre back, tampaknya Loew tak lagi khawatir dengan lini pertahananannya. Apalagi di bawah mistar gawang ada Manuel Neuer yang tampil konsisten sepanjang turnamen. Dengan garis pertahanan Jerman yang naik hingga mendekati area kotak penalti, Neuer memiliki kemampuan untuk keluar dari sarangnya untuk menyapu bola yang berhasil melewati jajaran backfour Jerman.

Kesimpulan

Perubahan demi perubahan dilakukan Loew untuk membentuk Jerman agar dapat menampilkan performa terbaiknya. Mulai dari mengganti formasi dari 4-2-3-1 ke 4-3-3, mengutak-atik lini depan dengan memainkan trio Mueller-Klose-Oezil, serta menggunakan dan menanggalkan skema empat bek tengah di lini pertahanan.

Melawan Argentina pada final nanti, Loew bisa saja kembali melakukan utak-atik, terutama di lini pertahanan. Pasalnya, kubu lawan memiliki lini penyerangan yang cukup mengerikan. Jika Lionel Messi dibiarkan begitu saja, maka ia akan dengan senang hati membombardir pertahanan Jerman bersama Ezequiel Lavezzi dan Gonzalo Higuain. Sepertinya Jerman kembali butuh empat spesialis pemain bertahan untuk menjaga keamanan di lini belakang.

Pilihan terakhir tentunya ada di tangan Loew. Jika ia kembali menggunakan empat bek bek tengah, berarti ia akan kembali mengandalkan servis bola mati untuk upaya mencuri gol. 

Namun Loew pun akan mempertimbangkan untuk bermain terbuka. Penempatan Lahm di fullback kanan juga tentu opsi yang tak terlalu buruk bagi Jerman. Apalagi dengan penampilan ciamik Neuer sepanjang turnamen, Loew seharusnya percaya lini pertahanan Jerman setidaknya memiliki kiper tangguh di bawah mistar.



======================================================= GERMANY

Berikan komentar jika Analisis Taktik Jerman - Fleksibilitas Taktik Joachim Loew ini menarik untuk disimak -