Bisa Sampai Mana, Chile?
Chile tak pernah benar-benar berprestasi di Piala Dunia. Tapi laju meyakinkan di awal edisi 2014 ini meninggikan harapan mereka dan diyakini bisa melaju jauh. Sampai manakah Chile kali ini?
Sebelum Piala Dunia 2014 dimulai, barangkali prediksi publik kala melongok ke Grup B bakal seragam. Grup yang berisikan Spanyol, Belanda, Chile, dan Kamerun itu pastilah dipecah jadi dua sisi: favorit lolos adalah Spanyol dan Belanda, sementara sisi satunya secara halus disebut kuda hitam alias kemungkinan untuk lolosnya lebih kecil, yakni Chile dan Australia.
Spanyol dan Belanda jelas diunggulkan karena keduanya finalis di Afrika Selatan 2010. Apalagi untuk Spanyol yang statusnya adalah juara bertahan. La Furia Roja juga merupakan kampiun Eropa dua kali berturut-turut di dua edisi terakhir.
Untuk Belanda, kendati belum pernah jadi juara dunia, tak ada keraguan untuk menyebutnya salah satu raksasa Eropa. Faktanya, selain merupakan runner up edisi terakhir mereka selalu berhasil lolos dari fase grup dari tujuh keikutsertaan terakhir sejak 1974.
Chile memang pernah meraih prestasi dengan finis ketiga di Piala Dunia 1962, yang digelar di rumahnya sendiri. Namun di luar kandang, praktis laju mereka masih jauh kalah meyakinkan dari dua tim sebelumnya. Dari total delapan kali ikut serta, hanya tiga kali Chile bisa menembus fase grup, masing-masing pada 1962, 1998, dan 2010 lalu dan tak pernah lebih baik lagi.
Tapi torehan Chile itu jelas lebih baik dari Australia yang sepanjang sejarah, baru satu kali bisa melaju ke babak 16 besar yakni pada edisi 2006 silam.
Tapi nyatanya prediksi hanya sekadar prediksi. Dua laga berlalu dan Grup B telah memunculkan nama-nama yang lolos: Belanda dan Chile. Spanyol, sang juara bertahan tak berdaya.
Mengawali turnamen dengan buruk, dibantai 1-5 oleh Belanda, tim asuhan Vicente del Bosque mengincar kebangkitan kala menghadapi Chile di Maracana, Kamis (19/6/2014) dinihari WIB tadi. Catatan mengesankan plus memori bagus atas Chile di Maracana 1950 memberikan sedikit dorongan mental usai mendapatkan pukulan telak.
Spanyol memang superior atas Chile. Dalam 10 pertemuan sebelumnya tak pernah kalah dengan delapan kali kemenangan dan cuma imbang dua kali. Salah satu dari kemenangan tersebut dipetik di Maracana tahun 1950 dengan skor 2-0 lewat gol Estanislao Basora dan Zarra.
Tapi bukannya bangkit, Spanyol malah makin terluka. Xavi Hernandez dkk. kalah 0-2 dan dipaksa angkat koper lebih awal. Sebaliknya, Chile tuntas membalas dendamnya.
Lantas optimisme tinggi menyelubungi Chile. Seketika mereka kian diyakini bisa meraih prestasi lebih tinggi dari sekadar lolos ke fase grup, setidaknya mengulangi prestasi di 1962 dengan finis di urutan ketiga. Arturo Vidal bahkan percaya timnya punya potensi untuk juara.
Bicara soal potensi, Chile memang punya senjata yang bisa diandalkan. Nama-nama seperti Vidal, Alexis Sanchez, Mauricio Isla, dan Eduardo Vargas adalah sosok-sosok yang teruji di Eropa, yang disebut punya kompetisi paling kompetitif dan terketat.
Tapi pelatih Jorge Sampaoli sendiri sebelumnya telah menyatakan bahwa dia ingin melaju selangkah demi selangkah. Target tim pun sudah berubah dari cuma lolos menjadi lolos sebagai juara grup, di mana mereka akan menjalani partai penentuan kontra Belanda.
Lebih dari itu, Sampaoli juga sebenarnya tengah menantikan jawaban pertanyaan: Akan sampai manakah laju Chile?
"Saya pikir tim ini adalah sebuah tim yang sangat matang dan mereka mungkin lebih matang dari sebelum-sebelumnya. Kami sudah sangat bagus di fase kualifikasi tapi kami bahkan lebih baik lagi hari ini," sanjung Sampaoli kepada timnya usai laga.
"Hari ini kami bermain dengan sebuah sistem dan ide. Para pemain percaya dalam satu ide dan memegang teguh itu," lanjutnya.
"Kita akan lihat apakah ini tim terbaik Chile yang pernah ada. Tapi itu adalah sesuatu yang hanya bisa kita katakan setelah turnamen berakhir. Sekarang yang terpenting adalah mengapresiasi cara bermain kami dan bagaimana kami bisa menghentikan tim seperti Spanyol," demikian pelatih 54 tahun ini sebagaimana dikutip Reuters.